Krisis Otomotif (Penarikan Sai dan Lexus Mulai Dipertimbangkan)
Manusia dan Kegelisahan
kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang beraru tidak tenteram hatinya selalu merasa khawatir , tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hari maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Rasa ketakutan atau kecemasan ini lebih mudah diperoleh selama masih bayi atau kanak- kanak, karena organisme yang masih muda lemah dalam menghadapi bahaya- bahaya dari luar dan sering kali dikuasai oleh ketakutan egonya belum berkembang sampai titik, dimana organisme dapat menguasai rangsangan- rangsangan yang jumlahnya berlebihan. Bayi yang baru lahir dihujani rangsangan- rangsangan yang berlebihan dari luar, yang mana selama dalam kandungan mendapat lindungan, sehingga menyebabkan bayi tidak siap sama sekali. Selama tahun- tahun permulaan bayi, banyak menghadapi keadaan lain yang sulit untuk dihadapinya, bila dalam kemudian hari mengancam hidupnya sampai keadaan tak berbahaya, bayi akan mencetuskan keadaan cemasnya. Itulah sebabnya kita perlu melindungi anak yang masih kecil terhadap pengalaman- pengalaman traumatic (pengalaman kecemasan).
Setiap orang siapa pun orangnya itu, baik mereka yang tingkat sosialnya tinggi, yang sosialnya sedang ataupun yang tingkat sosialnya rendah, seperti pejabat-pejabat, orang-orang kaya, para pegawai negeri, kuli-kuli bangunan, kuli-kuli pasar, tukang-tukang becak sampai pada pengemis-pengemis, mereka pasti mempunyai harapan-harapan dan cita-cita, sudah tentu sesuai dengan dengan kemampuan dan jangkauan pikiran mereka.
Dan karena cita-cita dan harapan-harapan itulah mereka berusaha untuk mencapainya dan setiap orang berhak untuk itu dengan demikkian tidak seorangpun dapat melarang dan menghalangi seseorang untuk mencapai cita-citanya. Dari usaha-usaha mereka untuk mencapai apa cita-cita dan apa harapan mereka,suatu saat mereka akan menunggu jawaban dari hasil jerih payah mereka, apakah cita-cita dan harapan-harapan mereka itu akan tercapai atau gagal dan mereka harus kecewa.
Krisis TOYOTA
Prahara yang menimpa Toyota Motor, saat mereka harus menarik atau recall jutaan unit mobil yang sudah beredar di pasar, merupakan sebuah peringatan bagi perusahaan Jepang lainnya yang tengah berupaya menggenjot keuntungan dan mengembangkan sayap bisnisnya ke luar negeri.
Sejumlah kalangan mengkritik Toyota membunuh reputasinya sendiri sebagai produsen kendaraan yang aman lantaran gagal menyeimbangkan gaya manajemen ketat untuk menjaga kualitas dengan tuntutan globalisasi yang terus berubah. Stefan Lippert, profesor bisnis di Universitas Tempe di Jepang, menyebut hal itu sebagai Kaisha Dilemma, terminologi Jepang untuk kondisi sebuah perusahaan.
jika perusahaan Jepang tidak mampu memecahkan persoalan ini, mereka akan kehilangan kesempatan karena akan berhadapan dengan Korea dan China yang tampaknya lebih proaktif mengembangkan talenta dan potensi lokal yang mengetahui kondisi pasar regional. Mereka diberikan peran besar untuk menghasilkan produk yang inovatif.
Perubahan peta pandangan baru persaingan yang terjadi belakangan ini, terutama untuk perusahaan yang bergerak di layanan jasa, kini menjadi tekanan berat bagi perusahaan untuk memacu pendapatan karena pasar di Jepang tengah terpuruk.
Pada 1980-an, perusahaan eksportir teknologi, otomotif, dan mesin asal Jepang membuat iri pelaku bisnis dunia. Mereka menguasai pasar global dengan barang berkualitas tinggi tapi harganya rasional. Produk Jepang mampu menyedot konsumen beralih dari produk manufaktur Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Beberapa perusahaan asal Negeri Sakura masih merajai bisnis global, seperti Honda Motor di industri otomotif, Canon Inc untuk kamera dan mesin fotokopi, Lainnya, seperti pabrikan elektronik raksasa Sony Corp, mulai kehilangan ciri kompetitifnya. Untuk sektor otomotif, Toyota adalah harapan terakhir kami mempertahankan kekuatan merek dan penguasaan pasar perusahaan Jepang di luar negeri.
melihat situasi terakhir yang menimpa Toyota, kami mungkin kehilangan harapan terakhir itu,” keluhnya.Toyota, sejak pekan lalu, menarik sembilan jenis mobil dan truk akibat kerusakan sistem pedal akselerator. Di AS, penarikan ini meliputi sekitar 2,3 juta kendaraan. Presiden Toyota, Akio Toyoda, dalam konferensi pers di Tokyo, meminta maaf secara terbuka kepada publik. Ia mengatakan Toyota sedang dalam situasi krisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar