Selasa, 30 November 2010

KEKERASAN DALAM BERPACARAN

Bentuk kekerasan dalam pacaran adalah sebagai berikut:

1. Kekerasan Fisik: perlakuan berupa menampar, menghantam, menendang, membakar, menjambak, menggunakan senjata, mengancam dengan menggunakan senjata serta membatasi seseorang.Dalam kondisi Alex dan Lita. Lita mengalami kekerasan fisik diantaranya adalah Alex dengan sengaja menabrakan dirinya ke angkot dan mengancam akan mengulangi perbuatan tersebut.
2. Kekerasan Seksual: perbuatan menyentuh bagian intim yang tidak dikehendaki, memaksa dengan kekerasan untuk melakukan hubungan seksual, perkosaan dan percobaan perkosaan , melakukan hubungan seksual dengan orang yang sedang mabuk atau dalam pengaruh alcohol dan obat, termasuk pula pemaksaan hubungan seksual tanpa alat pengaman hingga adanya kekuatiran terkena HIV/AIDS.Dalam kondisi Alex dan Lita.Lita mengalami kekerasan seksual diantaranya adalah Alex memaksa Lita untuk melakukan hubungan seksual.
3. Kekerasan Emosional: perbuatan menghina, mengutuk, meremehkan, mengancam meneror, menghilangkan hak milik, mengasingkan dari keluarga dna teman, termasuk prilaku posesif lainnya, seperti cemburu berlebihan. Dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilakukan pelaku dalam mengendalikan korban hingga berdampak pada mengecilkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk mandiri.Dalam kondisi Alex dan Lita.
Lita mengalami kekerasan emosional diantaranya adalah Alex dengan sengaja melarang Lita bersilaturahmi dengan keluarganya dan mengikuti kegiatan bersama teman-temannya.

Faktor Pemicu terjadinya kekerasan dalam pacaran adalah sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua, dimana anak melihat adanya kekerasan dalam rumah tangga yang dialami ibu terhadap bapaknya.

2. Pengaruh alcohol dan obat terlarang

Solusi yang disarankan:

1. Kemauan mengalahkan rasa takut dari pihak penderita/perempuan untuk dapat menyampaikan apa yang dialaminya adalah sebuah kekerasan.

2. Keberanian untuk mengambil keputusan meninggalkan pasangan. Biasanya setelah melakukan kekerasan fisik, pelaku akan meminta maaf dan meminta dikasihani, itu sebenarnya hanyalah fase jeda, dan setelah fase jeda itu berakhir maka pelaku akan melakukan hal yang sama bahkan lebih keras dari yang sebelumnya. Dalam fase ini penderita diharapkan tidak memiliki rasa iba yang berlebihan.
sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2010/10/02/kisah-nyata-korban-kekerasan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar