Selasa, 30 November 2010

KEKERASAN DALAM BERPACARAN

Bentuk kekerasan dalam pacaran adalah sebagai berikut:

1. Kekerasan Fisik: perlakuan berupa menampar, menghantam, menendang, membakar, menjambak, menggunakan senjata, mengancam dengan menggunakan senjata serta membatasi seseorang.Dalam kondisi Alex dan Lita. Lita mengalami kekerasan fisik diantaranya adalah Alex dengan sengaja menabrakan dirinya ke angkot dan mengancam akan mengulangi perbuatan tersebut.
2. Kekerasan Seksual: perbuatan menyentuh bagian intim yang tidak dikehendaki, memaksa dengan kekerasan untuk melakukan hubungan seksual, perkosaan dan percobaan perkosaan , melakukan hubungan seksual dengan orang yang sedang mabuk atau dalam pengaruh alcohol dan obat, termasuk pula pemaksaan hubungan seksual tanpa alat pengaman hingga adanya kekuatiran terkena HIV/AIDS.Dalam kondisi Alex dan Lita.Lita mengalami kekerasan seksual diantaranya adalah Alex memaksa Lita untuk melakukan hubungan seksual.
3. Kekerasan Emosional: perbuatan menghina, mengutuk, meremehkan, mengancam meneror, menghilangkan hak milik, mengasingkan dari keluarga dna teman, termasuk prilaku posesif lainnya, seperti cemburu berlebihan. Dapat dikatakan bahwa tindakan yang dilakukan pelaku dalam mengendalikan korban hingga berdampak pada mengecilkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk mandiri.Dalam kondisi Alex dan Lita.
Lita mengalami kekerasan emosional diantaranya adalah Alex dengan sengaja melarang Lita bersilaturahmi dengan keluarganya dan mengikuti kegiatan bersama teman-temannya.

Faktor Pemicu terjadinya kekerasan dalam pacaran adalah sebagai berikut:

1. Pola asuh orang tua, dimana anak melihat adanya kekerasan dalam rumah tangga yang dialami ibu terhadap bapaknya.

2. Pengaruh alcohol dan obat terlarang

Solusi yang disarankan:

1. Kemauan mengalahkan rasa takut dari pihak penderita/perempuan untuk dapat menyampaikan apa yang dialaminya adalah sebuah kekerasan.

2. Keberanian untuk mengambil keputusan meninggalkan pasangan. Biasanya setelah melakukan kekerasan fisik, pelaku akan meminta maaf dan meminta dikasihani, itu sebenarnya hanyalah fase jeda, dan setelah fase jeda itu berakhir maka pelaku akan melakukan hal yang sama bahkan lebih keras dari yang sebelumnya. Dalam fase ini penderita diharapkan tidak memiliki rasa iba yang berlebihan.
sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2010/10/02/kisah-nyata-korban-kekerasan/

7. Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme

Prasangka, Diskriminasi dan Etnosentrisme

Sebagai konsekuensi dari identitas etnis munculah etnosentrisme. Menurut Matsumoto (1996) etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang budaya sendiri. Berdasarkan definisi ini etnosentrisme tidak selalu negatif sebagimana umumnya dipahami. Etnosentrisme dalam hal tertentu juga merupakan sesuatu yang positif. Tidak seperti anggapan umum yang mengatakan bahwa etnosentrisme merupakan sesuatu yang semata-mata buruk, etnosentrisme juga merupakan sesuatu yang fungsional karena mendorong kelompok dalam perjuangan mencari kekuasaan dan kekayaan. Pada saat konflik, etnosentrisme benar-benar bermanfaat. Dengan adanya etnosentrisme, kelompok yang terlibat konflik dengan kelompok lain akan saling dukung satu sama lain. Salah satu contoh dari fenomena ini adalah ketika terjadi pengusiran terhadap etnis Madura di Kalimantan, banyak etnis Madura di lain tempat mengecam pengusiran itu dan membantu para pengungsi. Kejadian ini semestinya bisa dihindari asalkan kedua etnis ini saling memahami perbedaan budaya mereka serta menghargai latar belakang budaya masing-masing.

Mengakui dan menghargai kenyataan bahwa orang-orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda memiliki perbedaan cara dalam memahami realitas, dan bahwa versi mereka tentang sebuah realitas adalah sah dan benar bagi mereka sebagaimana versi kita sah dan benar untuk kita. Sebuah joke yang cukup populer untuk menggambarkan adanya perbedaan cara pandang terhadap realitas adalah joke tentang seorang etnis Minang, etnis Madura, dan etnis Jawa. Ketiga orang berbeda etnis itu mengikuti lomba lari maraton. Tebak siapa pemenangnya? Jawabnya adalah orang Jawa. Alasannya disetiap persimpangan, orang jawa memikirkan angkernya tempat itu sehingga bergegas. Sementara itu orang Madura akan berhenti melihat-lihat peluang cocok tidak tempat itu untuk jualan sate. Dan orang Minang akan berhenti di setiap persimpangan jalan untuk melihat apakah tempat itu cocok atau tidak untuk membuka rumah makan.

Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu sama lain saling berlawanan. Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel. Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya. Tipe kedua adalah etnosentrisme infleksibel. Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.


Sikap yang negative disebut prasangka.Walaupun dapat kita garis bawahi bahwa prasangka dapat juga dalam negative.Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka.Mengapa terjadi perbedaan cukup mencolok?Tampaknya kepribadian dan intelegensiajuga factor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka.

Namun belum jelas benar ciri² kepribadian mana yang membuat seseorang mudah berprasangka.Sementara pendapat menyebutkan bahwa orang yang berintelekgensi yang tinggi,lebih suka berprasangka.Mengapa?karena orang² macam ini bersifat dan bersikap kritis.Kondisi lingkungan/wilayah yang tidak mapan pun cukup beralasan untuk dapat menimbulkan prasangka suatu individu atau kelompok social tertentu.

Dalam kondisi persaingan untuk mencapai akumulasi materiil tertentu,atau untuk meraih status social bagi suatu individu atau kelompk social tertentu,pada suatu lingkungan/wilayah dimana norma² dan tata hukum dalam kondisi goyah,dapat merangsang munculnya prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas.Prasangka bersumber dari suatu sikap.Diskriminasi menunjukkan kepada suatu tindakan.Dalam pergaulan sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu dan tidak dapat dipisahkan.

Seorang yang mempunyai prasangka rasial,biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang diprasangkainya.Demikian juga sebaliknya,seseorang yang berprasangka dapat saja berprilaku tidak diskriminatif.Di Indonesia kelompk keturunan Cina sebagai kelompok minoritas,sering menjadi sasaran rasial,walaupun secara yuridis telah menjadi warga Negara Indonesia dan dalam UUD 1945 BAB X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga Negara mempunyai kedudukan yang sama adlam hukum dan permerintahan.

Sikap berprasangka jelas tidak adil,sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang didengar.Apabila muncul suatu sikap yang berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok social lain,atau terhadap suatu suku bangsa,kelompk etnis tertentu,bias jadi akan menimbulkan pertentangan² social yang lebih luas.Suatu contoh:beberapa peristiwa yang semula menyangkut berapa orang saja,sering menjadi luas,melibatkan sejumlah orang.Akan menjadi riskan lagi apabila peristiwa itu menjalar lebih luas,sehingga melibatkan orang² disuatu wilayah tertentu,yang diikuti dengan tindakan² kekerasan dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang tidak kecil.

Contoh lain:prasangka diskriminasi ras yang terjadi di Afrika Selatan,prasangka Negara Israel dengan negara² di Timur Tengah berkebang menjadi pertentangan social.Contoh factual lain berkisar pada tahun 1985 orang² Papua Nugini sebagai tetangga dekat Indonesia pernah berprasangka bahwa Negara Indonesia melewati tapal batas wilayah Papua Nugini.Fakta dilapangan memang meyakinkan bahwa terdapat ribuan orang dari provinsi Papua masuk ke Negara Papua Nugini.Setelah hasil pengusutan dan hasil penelitian dipelajari dengan seksam oleh pemerintah ,ternyata ada perusuh dam pembangkang terhadap pemerintah Indonesia.


PENYEBAB TIMBULNYA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

a) Berlatar belakang sejarah

b) Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional.

c) Bersumber pada factor kepribadian

d) Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan,kepercayaan dan agama

6.Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

Kecerdasan dan Teknologi Dapat Memberantas Kemiskinan

Persoalan yang di hadapi di indonesia saat ini adalah kemiskinan dan rendahnya kualitas pendidikan. Namun dengan semakin berkembangnya bangsa ini dapat di yakini akan mengurangi beban kemiskinan yang ada pada saat sekarang ini. Maka dari itu kecerdasaan sebagai pola pikir manusia dengan ide – ide dan kecerdasaan yang di milikinya dapat mengurangi beban kemiskinan itu sendiri dengan adanya teknologi yang pesat dan pendidikan yang semakin membaik dapat menjadi pegangan yang kuat bagi memberantasnya kemiskinan dengan cara memfaatkan teknologi yang ada. Teknologi itu sendiri dikatakan dapat diyakini sangat ampuh dijadikan alat mempercepat proses dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Di dunia pendidikan, teknologi dipandang mampu mengefisienkan proses belajar mengajar dengan mengurangi faktor keterbatasan waktu dan ruang.

Teknologi sebenarnya adalah cara dan usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Teknologi adalah alat bantu manusia untuk mengolah alam, mempermudah kegiatan dan lain sebagainya yang terkait dengan kebutuhan manusia. Setiap aplikasi dari teknologi akan membawa manfaat bagi manusia di satu sisi dan disisi yang lain juga membawa efek negatif baik bagi manusia ataupun bagi lingkungan.

Tampaknya antara efek positif dan negatif dari aplikasi teknologi seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Disinilah kecerdasan akal dan jiwa manusia teruji. Kecerdasan akal membuat manusia berupaya keras untuk meminimalisir dampak negatif teknologi sampai taraf yang tidak membahayakan atau dapat diterima sistem alami yang berlaku pada manusia ataupun alam.

Kecerdasan akal saja tidak akan pernah cukup tanpa disertai kecerdasan jiwa. Kecerdasan jiwa akan mengontrol manusia untuk tetap memelihara sifat-sifat kemanusiaannya sehingga tidak terjadi penyimpangan menjadi sifat binatang yang menyebabkannya tega memangsa sesama. Kata kunci tetap terletak pada manusia sedang teknologi hanyalah alat yang dikendalikan oleh manusia. Aplikasi teknologi akan sangat merugikan dan menimbulkan kerusakan yang dahsyat ketika dikuasai oleh orang-orang yang cerdas akalnya tetapi bodoh jiwanya. Oleh karena itu kebutuhan akan orang-orang yang cerdas akal dan jiwanya sangat besar sehingga mampu mendominasi dan memberikan manfaat yang optimal dari aplikasi teknologi tidak hanya bagi manusia tetapi lingkungan dan alam secara keseluruhan.
Kemajuan teknologi memang tidak bisa kita pungkiri memberikan kita kemudahan-kemudahan dalam melakukan berbagai hal. Namun dengan berbagai kemudahan yang didapat, manusia cenderung untuk mengalami keadaan yang biasa kita sebut ketergantungan. Dan ketika kemudahan itu dicabut, bingunglah mereka. Di era informasi seperti sekarang ini kita memang dituntut untuk melakukan banyak hal dengan cepat dan tidak mungkin kita lepas dari yang namanya teknologi, kecuali kalau kita rela kalah bersaing. Namun yang perlu kita camkan baik-baik, teknologi hanyalah alat. Ia buatan manusia yang tidak luput dari yang namanya salah dan lupa. Jadi sebenarnya adalah salah kalau kita terlalu menggantungkan diri pada teknologi untuk melakukan segala hal, apalagi mendewa-dewakannya.
Di zaman sekarang memang kita harus menganggap ketergantungan terhadap teknologi itu adalah hal yang wajar. Bisa dibilang kalau kita, masyarakat Indoneisa tidak hanya mengalami ketergantungan pada teknologi. Kita bahkan bisa disebut ketergantungan pada orang yang menciptakan teknologi itu (maksud saya perusahaan-perusahaan penyedia hardware, software, bahkan konten web dari luar negeri).

Pemecahan Permasalahan


Dengan adanya ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat sekarang ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Bahwasanya kita sudah harus menyadari benar bahwa kemiskinan terkait dengan adanya kualitas pendidikan yang kurang memadai. Maka dari itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus menciptakan sesuatu yang beda dari jaman sebelumnya untuk mengurangi kemiskinan yang ada. Dengan begitu kita dapat memberantas kemiskinan dengan menerapkan teknologi yang ada dan mengembangkan pendidikan yang berkualitas. Dengan cara itu lah kita dapat memberantas kemiskinan tersebut dengan meningkatkan teknologi dan kualitas pendidikan yang baik.

http://alhiko.blogspot.com/2008_02_01_archive.html

http://ariemoods.blogspot.com/

5. Masyarakat Perkotaan dan Pedesaaan

Masyarakat Perkotaan dan Pedesaaan

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

Masyarakat perkotaan sering disebut urban community ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol dalam masyarakat perkotaan diantaranya :

1. Kehidupan beragama yang kurang bila dibandingkan dengan kehidupan beragama masyarakat pedesaan.

2. Masyarakat perkotaan umunya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain,yang penting disini adalah perorangan atau individu.

3. Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota daripada warga desa.

4. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan faktor kepentingan daripada pribadi.

5. Perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota,sebab kota biasanya lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

Kesimpulan Masalahnya

Masyarakat Pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, Masalah yang selalu dihadapi orang desa dari waktu-kewaktu adalah masalah kemiskinan dan keterbelakangan. Begitulah sehingga Badan Pusat Statistik kita perlu untuk mengkelompokkan penduduk menjadi penduduk desa (rural) dan penduduk kota (urban). Mungkin pengelompokan itu dapat berubah menjadi orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak berpendidikan. Tetapi tetap bermuara pada desa dan kota. Orang yang berpendidikan banyak terdapat di kota sedangkan di desa banyak orang yang tidak berpendidikan.terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan.

4. Pelapisan Sosial dan Persamaan Derajat

Pelapisan Sosial dan Persamaan Derajat

Kenyataan kehidupan sosial masyarakat Indonesia


Kehidupan sosial masyrakat Indonesia dari dulu sampai sekarang tidaklah pernah berubah. selalu saja terdiri dari beberapa lapisan masyarakat. bawah, menengah, dan atas. memang, hal ini tidak dapat di elakan. di setiap negara pasti memiliki masyarakat dengan 3 lapisan ini. meskipun demikian pemerintah juga tidak tinggal diam dengan kenyataan ini. pemerintah pun mengambil tindakan yang menurut mereka dapat mengseimbangkan keadaan. sebagai contoh gas lpj bersubsidi dan tidak, bbm bersubsidi dan tidak, uang sekolah gratis, dan BLT ini adalah contoh program pemerintah untuk membantu masyarakat Indonesia lapisan bawah. Tetapi pada kenyataannya yang cukup ironi, hal ini tidak dapat berjalan semestinya. masih banyak program-program yang belum mencapai target sasaran. selalu saja ada pihak-pihak yang memanfaatkan bantuan dari pemerintah ini semata-mata untuk mencari untung. lucu dan sedikit memilukan, masih saja ada orang yang tertawa dan mencari untung sambil menginjak-injak temannya sendiri. Hal ini jika dilihat dari lapisan masyarakat dimana bantuan untuk lapisan bawah masih saja dapat dinikmati oleh masyarakat pada lapisan atas dan menengah. namun ketidakadilan tidak hanya pada perbedaan lapisan masyarakat. satu lagi contoh yang cukup memprihatinkan, pada saat gempa dahsyat di padang sudah selesai banyak sekali rumah-rumah dan gedung yang roboh. banyak orang yang membutuhkan bantuan, tidak terkecuali masyarakat tiongha. namun menurut salah satu masyarakat tiongha yang juga mendapat musibah gempa di padang, untuk meminta operator buldoser membersihkan puing-puing rumahnya beliau harus meronggoh sejumlah uang. belum lagi bantuan makanan dan medis yang tidak pernah mereka dapatkan. kenapa hal itu masih bisa terjadi? padahal orang-orang tersebut sudah sah warga Indonesia dan memiliki KTP. diskriminasi terjadi dimana-mana. hal ini tentu saja harus dapat diatasi oleh pemerintah. jika hal ini berlanjut, maka untuk apa semboyan “Bhineka Tunggal Ika” tetap berada di cakar sang Garuda merah putih.

Kesimpulan Masalahnya


jika dilihat dari lapisan masyarakat dimana bantuan untuk lapisan bawah masih saja dapat dinikmati oleh masyarakat pada lapisan atas dan menengah. namun ketidak adilan tidak hanya pada perbedaan lapisan masyarakat itu sendiri. Namun semua itu harus di lakuan kembali ke pada diri nya sendiri dengan kesadaran dari dalam dirinya, bahwa setiap manusia mempunyai hak nya masing-masing dan semestinya sebagai masyarakat lapisan atas seharusnya tidak perlu menikmati bantuan yang semestinya itu adalah hak untuk masyarakat lapisan bawah. Maka dari itu kesadaran adalah hal terpenting untuk menjalani kehidupan sosial di dalam suatu lingkungan kemasyarakatan.

sumber : http://www.wikimu.com/News/DisplayNewsRemaja.aspx?id=5142

3. Pemuda dan Sosialisasi

Pemuda dan Sosialisasi

Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua. Selain memikul beban tersebut pemuda juga dihadapkan persoalan-persoalan diantaranya kenakalan remaja, ketidak patuhan pada orang tua/guru, kecanduan narkotika, frustasi, masa depan suram, keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya. Seringkali pemuda dibenturkan dengan “nilai” yang telah ada jika mereka berkelakuan di luar nilai tersebut.

Munculnya jurang pemisah antara generasi muda dan generasi tua merupakan akibat dari benturan dua kebudayaan yaitu tradisional dan modern. Dimana budaya tradisional itu dianut oleh generasi tua yang terdahulu dan budaya modern dikembangkan oleh generasi muda yang telah tercium arus globalisasi dengan tujuan untuk mengadakan perubahan-perubahan yang lebih baik dari generasi orang tua. Perkembangan dengan tidak adanya kematangan/kedewasaan mental dan arahyang baik maka dapat menimbulkan masalah seperti pada penyalahgunaan telephon genggam (mobile phone) atau sering juga disebut HP, dengan adanya pembaharuan-pembaharuan dari alat komunikasi ini menjadikan fungsi HPmenjadi barang prestise dalam pergaulan anak muda jika tidak menggunakan HP model baru dapat dikatakan “kuno” atau “ketinggalan jaman”. Selain itu semakin canggihnya fungsi HP yang dapat digunakan mengambil foto dan merekam gambar yang bergerak sering kali dipersalah gunakan untuk merekam gambar dan film porno.

Dalam hal ini orang tua mempunyai kebiasaan dalam mendidik anak yaitu dengan menurunkan nilai-nilai budaya dan penerusan kebiasaan mereka. Dewasa ini pemuda seringkali mengambil langkah sendiri dalam menjalani hidupnya tanpa menghiraukan pendidikan yang diberikan orang tuanya. Hal ini dikarenakan adanya anggapan dari pemuda bahwa apa yang diberikan oleh orang tua adalah suatu hal yang kuno. Adanya perbedaan situasi kehidupan dan banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi memposisikan pendidikan yang diberikan orang tua sudah ketinggalan jaman. Permasalahan ini adalah pemasalahan generasi yang merupakan suatu masalah masyarakat yang di kenal sejak dulu kala. Yang dipermasalahkan adalah nilai-nilai masyarakat. Bagaimana serasi atau kurang serasi hubungan ini akan tampak dalam saat-saat kritis. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa masalah antar generasi mencerminkan kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian, bagaimana penyelesaian masalah itu sendiri juga mencerminkan kebudayaan masyarakat itu. Permasalahan ini menurut para ahli paedagogi social bahwa masalah antar generasi tidak terdapat di masyarakat tradisional. Dapat dikatakan bahwa masalah antar generasi merupakan suatu masalah modern. Adapun inti pokok adalah bahwa dalam masyarakat sistem tertutup/tradisional, pembinaan dan proses pendewasaan terjadi secara kontinyu, di awasi oleh social control masyarakat. Suatu masyarakat akan mengalami stabilitas social apa bila “prosesproduksi generasi” berjalan dengan baik, sehingga terbentuk personifikasi, identitas-identitas dan solideritas sebagaimana diharapkan oleh generasi sebelumnya.

A.Peranan Pemuda dalam Sosialisasi Bermasyarakat

Pemuda juga merupakan generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikan dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, peran pemuda yang menolak kekeuasaan.

Sejarah telah mencatat kiprah pemuda-pemuda yang tak kenal waktu yang selalu berjuang dengan penuh semangat biarpun jiwa raga menjadi taruhannya. Indonesia merdeka berkat pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan lain-lain dengan penuh mengorbankan dirinya untuk bangsa dan Negara.

Dalam sebuah pidatonya, Sukarno pernah mengorbakan semangat juang Pemuda apa kata Sukarno “Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia”. Begitu besar peranan pemuda di mata Sukarno, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia menjadi negara Super Power.

Satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa merupakan sumpah pemuda yang di ikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928. Begitu kompaknya pemuda Indonesia pada waktu itu, dan apakah semangat pemuda sekarang sudah mulai redup, seolah dalam kacamata negara dan masyarakat seolah-olah atau kesannya pemuda sekarang malu untuk mewarisi semangat nasionalisime. Hal tersebut di pengaruhi oleh Globalisasi yang penuh dengan tren.

Sukarno, Hatta, Syahrir seandainya mereka masih hidup pasti mereka menangis melihat semangat nasionalisme pemuda Indonesia sekarang yang selalu mementingkan kesenangan dan selalu mementikan diri sendiri.

Sekarang Pemuda lebih banyak melakukan peranan sebagai kelompok politik dan sedikit sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok sosial, sehingga kemandirian pemuda sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini.

Peranan pemuda dalam sosialisi bermasyrakat sungguh menurun dratis, dulu bisanya setiap ada kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, acara-acara keagamaan, adat istiadat biasanya yang berperan aktif dalam menyukseskan acara tersebut adalah pemuda sekitar. Pemuda sekarang lebih suka dengan kesenangan, selalu bermain-main dan bahkan ketua RT/RW nya saja dia tidak tahu.

Kini pemuda pemudi kita lebih suka peranan di dunia maya ketimbang dunia nyata. Lebih suka nge Facebook, lebih suka aktif di mailing list, lebih suka di forum ketimbang duduk mufakat untuk kemajuan RT, RW, Kecamatan, Provinsi bahkan di tingkat lebih tinggi adalah Negara.

Selaku Pemuda kita dituntut aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat, sosialisasi dengan warga sekitar. Kehadiran pemuda sangat dinantikan untuk menyokong perubahan dan pembaharuan bagi masyarakat dan negara. Aksi reformasi disemua bidang adalah agenda pemuda kearah masyarakat madani. Reformasi tidak mungkin dilakukan oleh orang tua dan anak-anak.

Kesimpulan Masalahnya

Kelompok politik dan sedikit sekali yang melakukan peranan sebagai kelompok social, sehingga kemandirian pemuda sangat sulit berkembang dalam mengisi pembangunan ini. Di era reformasi yang semakin sulit ini pemuda lebih banyak melakukan sebagai peranan pemuda dalam kegiatan sosial itu sangat dibutuhkan untuk mengisi pembangunan dengan menciptakan kewirausahaan dalam pembangunan dan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu dan teknologi serta menumbuh kembangkan jiwa kepeloporan, daya pikir, inovasi, kreativitas dan kewiraushaan pemuda dalam rangka mempersiapkan pemimpin masa depan berkualitas.
Kita menginginkan gerakan pemuda ke depan nanti adalah gerakan yang profesional dengan didasari pada keimanan dan ketaqwaan dalam arti menjauhi segala bentuk yang dilarang agama serta aturan yang berlaku di negara ini.

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/02/23/peranan-pemuda-dalam-sosialisasi-bermasyarakat/